Asuhan Keperawatan Pada Klien Peri-Operatif - Internet Beritaku

Rabu, 23 Februari 2011

Asuhan Keperawatan Pada Klien Peri-Operatif

Oleh : Christantie Effendy, SKp


PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan anugerah yang paling berharga bagi manusia. Klien yang mengalami penyakit tertentu pergi berobat ke Rumah Sakit dengan harapan penyakitnya dapat disembuhkan . Perawat sebagai bagian integral dalam pelayanan kesehatan memegang peranan yang sangat penting dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Klien Peri-operatif

Persiapan yang baik akan mempengaruhi tingkat keberhasilan operasi di samping faktor-faktor lain, seperti: usia, status nutrisi, penyakit kronis, dsb.



Persiapan Fisik
  • Status kesehatan fisik umum
  • Status nutrisi
  • Keseimbangan cairan dan elektrolit
  • Pengosongan lambung colon
  • Personal hygiene
  • Pencukuran daerah operasi - dualisme
  • Pengosongan kandung kemih


Komplikasi post operasi

 Perdarahan
  • Syok hipovolemik
  • Trombosis Vena Profunda (TVP)
  • Retensi urin
  • Infeksi luka operasi (dehiscensi, eviserasi,fistula, nekrose, abses )
  • Sepsis
  • Komplikasi multi organ 
PERAWATAN POST OPERATIF
  • Perawatan post anestesi di Recovery Room
  • Transportasi - score post anesthesia
  • Monitoring tanda vital, KU , drainage, tube, komplikasi/infeksi
  • Manajemen luka
  • Mobilisasi dini - ROM
  • Rehabilitasi
  • Discharge Planing



INFEKSI NOSOKOMIAL PADA KLIEN PERI OPERASI

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa infeksi nosokomial dapat mengenai berbagai organ/sistem tubuh dan dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab, maka sangat beralasan jika infeksi nosokomial dapat berupa berbagai macam infeksi seperti:Infeksi saluran kemih ( UTI ), Phlebitis,Bronchopneumonia,Decubitus ,Dehiscensi luka operasi,Sepsis.

Berbagai hal yang dapat memperburuk kondisi klien yang mengalami infeksi nosokomial antara lain:usia klien, penyakit penyerta, perilaku personal klien, penggunaan obat-obatan, malnutrisi



FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB INFEKSI NOSOKOMIAL

Rumah Sakit selain bertujuan untuk menyembuhkan dan merawat pasien dengan penyakit tertentu , tetapi juga dapat memberikan dampak yang merugikan bagi pasien apabila pasien mengalami infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial dapat dialami oleh klien/pasien karena berbagai faktor baik internal maupun eksternal .

Berbagai kondisi di RS yang dapat mengakibatkan klien mengalami infeksi nosokomial antara lain:Banyaknya pasien yang dirawat di RS yang dapat menjadi sumber infeksi bagi pasien lain, kontak langsung antara pasien dengan pasien yang menjadi sumber infeksi, kontak langsung antara pasien dengan petugas kesehatan yang terkontaminasi kuman, kontak langsung pasien dengan alat/equipment yang kesehatan yang telah terkontaminasi dengan kuman, kondisi klien yang lemah dan daya tahan tubuh klien yang rendah, prosedur tindakan medis/keperawatan yang tidak aseptik.

Secara lebih spesifik, sumber-sumber infeksi nosokomial dapat dibedakan dalam 3 kegiatan / tindakan yaitu:

1. Tindakan Invasif

Sumber infeksi pada tindakan invasif adalah:

Petugas kesehatan (medis/keperawatan)

§ Tidak memahami teknik yang baik utk mencegah penularan/penyebaran kuman patogen

§ Tidak menyadari tindakan yg dilakukan berpotensi untuk mengkontaminasi kuman

§ Tidak memperhatikan personal higiene

§ Menderita/menularkan penyakitnya pada klien

§ Tidak melaksanakan teknik aseptik dengan baik

§ Tidak mengusai PROTAP tindakan dengan baik

§ Bekerja ceroboh/kurang hati-hati

§ Tidak mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan klien

§ Melakukan cuci tangan dengan teknik yang tidak benar



Alat-alat kesehatan/equipment

§ Alat –alat yg digunakan dalam keadaan kotor, tidak steril atau korosif

§ Cara penyimpanan tidak baik

§ Digunakan berulang kali tanpa didisinfeksi lagi

§ Kadaluarsa

Kondisi Pasien

§ Hygiene personal buruk

§ Status gizi buruk /malnutrisi

§ Menderita penyakit kronis; penyakit infeksi; penyakit menular

§ Mengkonsumsi obat-obatan Imunosupresif (menekan sistem imun tubuh)

Lingkungan

§ Ventilasi yang tidak adekuat

§ Penerangan /sinar matahari yang kurang

§ Ruangan yang lembab dan kotor

§ Ada air tergenang dan banyak serangga

2. Tindakan Invasif Operatif

Sumber infeksi pada tindakan invasif operatif adalah:

Petugas kesehatan (medis/keperawatan)

* petugas yang bekerja di dalam ruang operasi

§ Mempunyai penyakit menular

§ Tidak mematuhi tata tertib di kamar operasi

*petugas yang langsung menangani /melakukan tindakan operasi

§ Tidak memperhatikan kebersihan diri

§ Mempunyai penyakit infeksi/menular

§ Tidak memeperhatikan teknik aseptik

§ Tidak mampu mempertahankan kesterilan alat / equipment yg akan dipakai

§ Tidak mencuci tangan dengan benar sesuai SURGICAL ASEPTIC

§ Bekerja ceroboh dan kurang mengusai tindakan yg dilakukan

§ Memelihara kuku ( panjang)

§ Tidak memahami teknik yang baik utk mencegah penularan/penyebaran kuman patogen

§ Tidak menyadari tindakan yg dilakukan berpotensi untuk mengkontaminasi kuman

§ Tidak mengusai PROTAP tindakan dengan baik

Alat-alat kesehatan/equipment

§ Alat –alat yg digunakan dalam keadaan kotor, tidak steril atau korosif

§ Cara penyimpanan tidak baik

§ Digunakan berulang kali tanpa didisinfeksi lagi

§ Alat habis pakai sudah kadaluarsa



Kondisi Pasien

§ Persiapan operasi yang kurang adekuat di bangsal perawatan

§ Hygiene personal buruk

§ Status gizi buruk /malnutrisi

§ Nilai laboratorium yang kurang adekuat serti: hipoalbumin, anemia, hiponatremi dll

§ Menderita penyakit kronis; penyakit infeksi; penyakit menular

§ Mengkonsumsi obat-obatan Imunosupresif (menekan sistem imun tubuh)



Lingkungan

§ Ventilasi yang tidak adekuat

§ Penerangan /sinar matahari yang kurang

§ Ruangan yang lembab dan kotor

§ Ada air tergenang

§ Banyak serangga

§ Banyak petugas berlalu lalang tanpa tugas yg jelas

§ Dinding tembok kamar operasi lembab

§ Arus udara yang tidak diatur antara udara bersih dan udara kotor ( alur linen kotor dibuang)



3. Tindakan Non Invasif

Tindakan non invasif merupakan tindakan medis/keperawatan tanpa memasukkan alat kesehatan kedalam tubuh klien. Contohnya: tindakan pemeriksaan EKG, USG,

Treatmill, pengukuran tekanan darah, nadi, suhu tubuh, refleks tonus dll.

Sumber infeksi pada tindakan non invasif antara lain:

§ Pasien dengan pasien lain

Pasien yang menderita penyakit menular dapat menularkan penyakitnya pada pasien lain

§ Pasien dengan petugas kesehatan

Petugas kesehatan yang menderita penyakit menular/infeksi dapat menularkan penyakitnya pada pasien yg sedang dirawat.

§ Pasien dengan pengunjung

Pengunjung yang menderita penyakit infeksi/menular dapat menularkan penyakitnya pada pasien yang sedang dirawat di rumah sakit

§ Pasien dengan alat-alat kesehatan

Alat-lat kesehatan yang digunakan untuk merawat pasien dapat mengakibatkan infeksi jika kondisi alat tidak steril /terkontaminasi kuman

§ Pasien dengan lingkungan

Lingkungan yang kurang baik (lembab/berdebu dan kurang sirkulasi) dapat mengakibatkan pasien mengalami kondisi yang lebih buruk dan meningkatkan pertumbuhan kuman

§ Pasien dengan air

Air yang tercemar kuman patogen dapat mengakibatkan penyakit pada pasien

§ Pasien dengan makanan

Makanan yang tercemar kuman patogen/makanan yang tidak segar dapat menyebabkan penyakit pada pasien.



PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL

Identifikasi kejadian infeksi nosokomial sesegera mungkin sangat penting dilakukan oleh tim kesehatan. Dan untuk mengatasi infeksi nosokomial yang dialami klien selama masa perawatan di RS, diperlukan penanganan secara tepat . Hal ini penting karena kejadian infeksi nosokomial yg dialami klien akan merugikan klien dalam berbagai hal seperti:

§ Length Of Stay (LOS) yang makin panjang

§ Biaya perawatan yang meningkat

§ Komplikasi penyakit lain

Berbagai penanggulangan Infeksi nosokomial yang dapat dilakukan terhadap klien adalah:

1. pemberian obat antibiotika

2. isolasikan klien (jika mengalami infeksi menular)

3. lakukan pemeriksaan kultur spesimen (darah;urin;sputum;pus dll) dan lakukan pemantauan terhadap jenis dan pola kepekaan kuman penyebab infeksi nosokomial

4. membatasi penggunaan antibiotika tertentu yang dapat dicadangkan utk menghadapi resistensi obat yg pernah digunakan

5. mengawasi secara ketat pemakaian obat-obatan imunosupresif, kortikosteroid dan sitostatika

6. batasi pengunjung

7. tingkatkan status gizi klien

8. ganti alat medis sesuai program ( catheter folley;IV line; NGT dll)

9. pisahkan alat tenun kotor pada kantong khusus (jika perlu)

10. gunakan alat kesehatan secara khusus seperti termometer, jika perlu



DAFTAR PUSTAKA

1. Black. J.M.; Jacob, E.M. (1993). Luckman & Sorensen’s : Medical Surgical Nursing: a Psychophysiologic approach. 3 rded. Philadelphia W.B. Saunder Company.

2. Earnest, Vicki Vine. (1993). Clinical skills in Nursing Practice. (2 nd). Philadelphia. J.B. Lippincott Company.

3. Flue, Jenice R., Nowlis, Elizabeth A., Bentz, Patricia M.(1996). Moduls for basic Nursing Skills. 6th ed. Philadelphia: Llppincott.

4. Nettina, Sandra M. (1996). The Lippincott Manual of Nursing Practice.6thed. Philadelphia: Lippincott.

5. Potter. PA; Perry,A.G. (1993). Fundamental of Nursing : Concepts, Process and Practical. 3 rded. St. Louis: Mosby Year Book

6. Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare.(1996) Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical – Surgical Nursing. Lippincot – Raven Publishers, Philadelphia.
Comments


EmoticonEmoticon