Makalah Lepra dan TBC - Internet Beritaku

Selasa, 28 Agustus 2012

Makalah Lepra dan TBC

Dukung blog ini dengan dengan cara subscribe, like dan share channel youtube kami, atau ikuti channel youtube kami untuk mendapatkan video-video pembelajaran atau Tips dan Trik Komputer yang bermanfaat. Untuk melihatnya kunjungi
LINK INI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar belakang
         Beberapa strain membentuk pigmen karotenoid.Spesies Mycobacterium ditemukan di tanah sebagai saprotrof yang hidup bebas, di air, pada tanaman, dan sebagai parasit dan patogen manusia dan hewan lain, termasuk ikan.
     Metabolismenya adalah pernapasan, dan khususnya kemoorganotrofik – walaupun ada strain kemolitotrofik dari M. marinum dan M. smegmatis. Secara nutrisi, mycobacteria umumnya tidak berpuasa; sumber karbon dan nitrogen antara lain gula, hidrokarbon dan asam amino.
     Dalam sejumlah spesies gliserol dan asparagin dipilih sebagai sumber karbon dan nitrogen. Pertumbuhan dapat dirangsang oleh serum atau telur atau dengan peningkatan tekanan parsial karbon dioksida; dalam anggota kompleks Mycobacterium tuberculosis pertumbuhan diperkaya oleh piruvat atau (dalam beberapa spesies) dengan gliserol.
     Dalam strain yang berkembang lambat (SG), pertumbuhan tampak di media padat dapat tidak terlihat dalam 4 – 6 minggu (hingga 12 minggu pada M. malmoense). Pada strain yang cepat berkembang (RG), pertumbuhan tampak di media padat dalam 1 minggu, bahkan 4 – 6 hari.
     Catat kalau pertumbuhan media bactec (cairan) dapat dideteksi lebih cepat daripada di media padat.
    
1.2.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1.    Apakah sebenarnya Mycobacterium leprae dan tuberculosis
2.    Apakah penyebab dari penyakit leprae dan tuberculosis
3.    Bagaimanakah patofisiologi dari Mycobacterium leprae dan tuberculosis
4.    Bagaimana gejala dan pengobatan  penyakit leprae dan tuberculosis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Leprae
     Lepra disebabkan oleh kuman mycobacterium leprat, kuman ini dapat menyerang semua umur, akan tetapi sangat rentan terhadap anak-anak dibandingkan dengan dewasa. Lepra searing dihubungkan dengan latara belakanag social ekonomi yang rendah dan keadaan lingkungan yang buruk.
     Secara umum penularan terjadi melalui kontak langsung kulit dan otot. Jadi kita tidak perlu takut bila kita berdekatan dengan penderita lepra karena penyakitnya tidak akan menular. Orang yang hidup sehari-hari denagan penderita lepra tidak akan tertular, karena jika ketahuan tubuhnya baik maka kuman lepra tidak dapat menyerang, dan perlu diketahui sekitar 95% orang terinfeksi kuman lepra tidak mengalami sakit lepra.
     Jika melihan bentuk penyakit lepra yang sudah berat orang awampun dapat menduga, gejala awalnya sulit dikenali karena hanya berupa bercak pada kulit, dapat lebih putih dari pada kulit, lebih hitam, atau kemerahan. Biasanya lebih mudah membedakan adalah berkurangnya sensasi pada daerah bercak tersebut. Jika pada daerah rangsang tersebut rangsangan rabaan, panas atau dingin bahkan nyeri tusukan jarum tidak terasa sama seperti kulit yang normal. Seperti sedang mencakar dan kaki terkulai. Karena itu lepra tampak seperti mengerikan.
Penderita juga memiliki luka di telapak kakinya, kerusakan pada saluran dihidung bisa menyebabkan hidung tersumbat, keruskan mata dapat menyebabkan kebutaan. Penderita leprotomosa dapat menjadi impotent dapat mandul karena infeksi ini dapat menurunkan kadar testseron dan jumlah seperma yang disebabkan oleh testis.
     Lepra (disebut juga penyakit Kusta / penyakit Hansen / Penyakit Morbus Hansen) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, yang menyebabkan kerusakan pada kulit dan sistem saraf perifer. Penyakit ini berkembang perlahan-lahan (dari enam bulan sampai 40 tahun) dan dapat menyebabkan lesi pada kulit hingga menjadikan seseorang menjadi cacat. Penyakit Lepra biasanya didapatkan pada tempat yang paling sering lebih dingin dari pada tubuh (misalnya, mata, hidung, telinga, tangan, kaki, dan testis).
     Lesi kulit dan cacat pada lepra (kusta / Morbus hansen) bisa dianggap aib bagi beberapa orang dan menjadi alasan secara historis bahwa orang yang terinfeksi dianggap sebagai orang buangan dalam banyak kebudayaan. Meskipun penularan dari manusia ke manusia adalah sumber utama infeksi, tiga spesies lainnya dapat membawa (walaupun jarang) transfer M. leprae manusia yaitu simpanse, monyet, dan armadillo. Penyakit ini disebut penyakit granulomatosa kronis, mirip dengan TBC, karena menghasilkan nodul inflamasi (granuloma) di kulit dan syaraf dari waktu ke waktu.
     Saat ini ada beberapa wilayah di dunia dimana WHO dan lembaga lainnya (misalnya, Leprosy Mission) yang bekerja untuk mengurangi jumlah kasus klinis penyakit lepra (termasuk penyakit lainnya seperti rabies dan schistosomiasis) yang terjadi di daerah terpencil. Meskipun peneliti berharap untuk memberantas penyakit lepra seperti halnya penyakit cacar, wilayah endemik lepra / kusta / morbus hansen yang cukup banyak membuat pemberantasan masih sulit dilaksanakan. Gejala pada penderita lepra bisa bervariasi pada setiap orang yang terinfesi bakteri penyebab. Pengobatan penyakit lepra (kusta/morbus hansen) haruslah dilakukan secara cepat, sebab jika dibiarkan dapat membuat kecacatan penderita semakin terus bertambah.

2.2. Patogenesis
     Pada tahun 1960 Shepard berhasil Menginokulasikan M .Leprae kedalam
Telapak kaki Mencit, yang berkembang biak disekitar tempat suntikan. Ternyata tidak ada perbedaan spesies dari dari manapun bahanitu didapat dari negeri manapun, dan dari macam lesi apapun. Untuk tumbuhnya diperlukan jumlah minimum M.Leprae yang disuntikan dan kalau melampaui jumlah maksimum, tidak akan meningkatkan perkembangbiakan.
     Inokulasi pada mencit yang telah diambil timusnya diikuti oleh Irradiasi (goor) sehingga kehilangan respon imun selulernya, akan menghasilkan Granuloma penuh basil yang menyeluruh, terutama pada daerah yang dingin yaitu : hidung, cuping telinga, kaki & ekor. Basil tersebut umtuk lanjut dapat Diinokulasikan lagi. Berarti memenuhi salah satu Postulat Koch, meskipun belum dipenuh.
     M.leprae berproduksi di daerah-daerah yang lebih dingin. Sebenarnya M.Leprae mempunyai Patogenetas dan daya Invasif yang rendah, sebab penderita yang mengandung kuman jauh lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat,bahkan dapat sebaliknya, ketidakseimbangan antara derajat infeksi dan derajat penyakit, tidak lain disebabkan oleh sistem imun yang berbeda yang mencegah timbulnya reaksi Granuloma setempat dan menyeluruh yang dapat sembuh sendiri /Progresif. Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut penyakit
Imunologik. Gejala-gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya.

2.3. Jenis Lepra
a. Lepra Tuberkuloid
     Ditandai dengan raum kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar. Daerah tersebut kebal terhadap sentuhan karena mikrobakteri telah merusak saraf-sarafnya.
b. Lepra Lepromatosa
Muncul benjolan kecil/ruam menonjol dengan berbagai ukuran dan bentuk, terjadi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata.
c. Lepra Perbatasan
Merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk lepra. Jika keadaannya membaik maka akan menyerupai lepra tuberkuloid, jika keadaannya memburuk maka akan menyerupai lepra lepromatosa.
2.4. Masa Inkubasi
     Belum dapat ditentukan dengan tepat. Di duga beberapa bulan sampai beberapa tahun. Seseorang dapat mendapatkan penularannya pada masa kanak-kanak, tapi gejala penyakitnya baru nampak setelah dewasa.

2.5. Cara Penularan
     Cara penularan penyakit ini meliputi penularan langsung dan tidak langsung, melalui kulit yang ada lukanya atau lecet, dengan kontak yang lama dan berulang-ulang. Lepra merupakan penyakit yang tidak mudah menular.

2.6. Gejala Penyakit
     Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan penderita. Gejala pertamanya berupa penebalan pada kulit yang berubah warnanya berupa bercak keputih-putihan (maculahypopigmentasi) yang kurang atau hilang perasaannya (anaesthesia). Pengenalan tanda pertama ini sangat penting untuk berhasilnya pengobatan dan pencegahan kecacatan akibat lepra. Bila mengenai kulit muka akan mengakibatkan tampang seseorang menjadi sangat menakutkan yang disebut facies leonina (muka singa).

2.7. Pemberantasan
     Mengingat bahwa pengobatan dapat menghentikan penularan maka pemberantasannya dapat dilakukan dengan 3 usaha pokok yaitu:
1. Mencari dan menemukan semua penderita (case finding) dalam masyarakat  untuk diberikan pengobatan yang sebaik-baiknya.
2. Mengobati dan mengikuti penderita (case holding)
a. Pengobatan dilaksanakan di poliklinik yang semudah mungkin dicapai penderita.
b. Bila penderita tidak datang berobat ke poliklinik, dilakukan kunjungan rumah untuk diberikan pengobatan dan penerangan
3. Pendidikan kesehatan tentang penyakit lepra kepada masyarakat:
a. Agar masyarakat mempunyai pengertian yang wajar tentang pengertian lepra tanpa membesar-besarkannya atau mengecilkannya
b. Agar masyarakat dapat mengenal gejala penyakit lepra pada tingkat awal, sehingga pengobatan dapat segera diberikan supaya memudahkan penyembuhan dan mencegah terjadinya kecacatan
2.8. Diagnosa
  •     Bahan Pemeriksaan
Sampel yang paling baik untuk diperiksa adalah jaringan kulit dari cuping telinga kanan dan kiri serta bercak yang paling aktif pada kulit.
  •     Pengambilan Jaringan Kulit
•Bagian yang akan diambil dibersihkan dengan alcohol
•Bagian tersebut dijepit di antara ibu jari dan jari telunjuk sedemikian kuat sehingga kulit kelihatan menjadi pucat supaya kemungkinan pendarahan sedikit sekali
•Dengan lancet steril dibuat sayatan sepanjang ± ½ cm sedalam 2 mm
•Darah yang keluar pertama dibersihkan kemudian sisa dan dasar luka dikerok dengan lanset untuk mendapatkan bubur jaringan epidermis dan dermis.
  •   Pembuatan Preparat
•Siapkan objek glass yang bersih dan bebas lemak diberi tanda tentang nomor lab, sampel yang diambil, daerah yang akan di pulas dengan sampel tersebut.
•Bubur jaringan yang sudah diambil dipulaskan pada objek glass yang sudah siap sedemikian rupa sehingga diperoleh smear yang tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis dengan Ø 1-1,5 cm
•Biarkan kering dengan sendirinya diudara atau di atas api dengan teknik khusus.
•Setelah kering difiksasi, setelah dingin baru boleh di cat
  •   Pengecatan
Dapat dilakukan pengecatan menurut Ziehl Nelson atau kinyoun gabbet

2.2 Mycobacterium Tuberculosis (Tbc)
Tuberkulosis  paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne dan Brenda, 2001).
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru (IPD, FK, UI).
Tbc sangat sering menyerang paru-paru, itulah mengapa kita mengenal tbc paru (atau tb paru). Tanda dan gejala tbc paru-paru umumnya terdapat perbedaan antara lain batuk yang berlangsung tiga minggu atau lebih, batuk darah, nyeri dada atau sakit ketika bernapas atau batuk.
Selain paru-paru, tbc juga dapat mempengaruhi bagian-bagian lain dari tubuh, termasuk ginjal, tulang belakang atau otak. Bila tbc terjadi di luar paru-paru, gejala tbc yang timbul bervariasi menurut organ yang terlibat. Sebagai contoh, tuberkulosis tulang belakang dapat memberikan nyeri punggung, dan gejala penyakit tbc pada ginjal Anda dapat menyebabkan darah dalam urin atau hematuri.

2.2.1. Etiologi Tuberkulosis ( TBC )
     Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam ( Price , 1997 ) yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um.

2.2.2. Cara Kuman Memasuki Tubuh
     TBC juga dapat ditularkan melalui susu. Cara penyebarannya melalui susu yang tidak steril (biasanya hanya dipanaskan sampai 60 derajat celcius). Susu ini kemudian dikonsumsi oleh orang yang sehat. Dalam hal ini usus merupakan tempat yang pertama. Kuman TBC ini melalui sapi yang menderita TBC.
     Awasi juga, kuman TBC juga bisa masuk melalui kulit terbuka. Kuman TBC yang masuk akan masuk menjadi sel infeksi,pada perjalanan selanjutnya, kuman akan tidur. Pada fase inilah yang sangat berbahaya, karena saat tubuh lemah, kuman akan menginfeksi kekebalan tubuh manusia.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksisputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksisputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC (Anonim d, 2010).

2.2.3. Gejala Infeksi Tbc
     Menurut beberapa literatur, tanda pertama yang dialami oleh pasien TBC adalah pasien tersebut yang biasanya lincah maka akan terlihat lesu dan tidak bergairah. Gejalan lanjutan dari penderita TBCbiasanya berat badanmenurun drastis dan tentu saja nafsu makan menurun. Parahnya, jika menyerang paru-par, maka paru-paru tersebut akan berlubang dan pasien akan membatukkan darah.
     Penyakit ini ternyata sangat erat kaitannya dengan keadaan gizi seseorang. Daya tahan tubuh penderita sangat menentukan keadaan penderita sesudah serangan pertama. Biasanya pasien yang memiliki kecukupan gizi yang baik, daya tahan tubuh yang lebih kuat. Karena itulah biasanya pasien yang memiliki kecukupan gizi yang baik, akan dapat sembuh dengan sendirinyawalaupun tidak diobati.
     Senaliknya, jika pasien kekurangan gizi, maka kuman TBC akan menyebar sangat cepat ke beberapa bagian tubuh, seperti ginjal,hati da tulang. 
2.2.4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Radiologi
* Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
* Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
* Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC  adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
b.Pemeriksaan fungsi paru
     Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

2.2.5. Pencegahan Tuberkulosis ( Tbc )
Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikira.

2.2.6. Pengobatan Tbc.
     Sistem kekebalan tubuh (pertahanan) dapat melawan infeksi dan menghentikan bakteri yang menyebar. Sistem kekebalan tubuh akhirnya dengan membentuk jaringan parut mengelilingi bakteri tbc dan mengisolasi seluruh tubuh. Tuberkulosis yang terjadi setelah paparan awal bakteri sering disebut Tbc primer. Jika tubuh mampu membentuk jaringan parut (fibrosis) di sekitar bakteri TB, maka infeksi terkandung dalam keadaan tidak aktif. Individu seperti biasanya tidak memiliki gejala tbc dan tidak dapat menyebar TB kepada orang lain.
     Jika seseorang terinfeksi tbc laten, mungkin perlu untuk mengambil hanya satu jenis obat untuk pengobatan tbc. Tbc Aktif terutama jika itu adalah virus yang tahan obat (resisten), akan membutuhkan beberapa obat sekaligus. Yang paling umum obat yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis antara lain Isoniazid, Rifampisin (Rifadin, Rimactane), Etambutol (Myambutol), dan Pirazinamid.

2.2.6. Interpertasi Hasil
Pembacaan hasil dilakukan dengan menggunakan skala IUATLD sebagai berikut :
•    Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang : Negatif
•    Ditemukan 1-9 BTA/ 100 lapangan pandang : Ditulis jumlah kuman yang ditemukan.
•     Ditemukan 10-99 BTA/ 100 lapangan pandang  : + (1+)
•    Ditemukan 1-10 BTA/ 1 lapangan pandang  : ++ (2+)
•    Ditemukan > 10 BTA/ 1 lapangan pandang : +++ (3+)

2.2.7. Kultur Dan Biokimia
Tumbuhnya lambat atau sangat lambat, betul-betul aerob, suhu optimum 37oC-38oC, range suhu 30oC-40oC. untuk tumbuhnya membutuhkan bahan-bahan tambahan misalnya darah, serum, telor, dan bahan-bahan kimia tertentu, itupun masih membutuhkan waktu yang lama , 2-8 minggu.
Louwenstein Yensen    :koloni bakteri tbc dapat dibaca minimal setelah   diinkubasikan 2 minggu dengan cirri-ciri koloni kecil-sedang, cream, rough seperti bunga kobis disebut eugenic (type humane) dan yang smooth disebut dysgenic (type bovine).
Kudoh    : tumbuhnya seperti pada Louwenstein Yensen, hanya lebih cepat tumbuh
 Tes-tes kimia
     Catalase test
  •   Buatlah suspensi koloni yang akan diperiksa secukupnya dengan 0,5 ml phosphate buffer pH 7,0 didalam tabung reaksi.
  • Panaskan didalam waterbath 68oC 20 menit
  • Setelah dingin tambahkan 0,5 ml campuran Tween-perokside (1 bagian 10% Tween 80 dan 1 bagian 30% Hydrogen peroxide)
  • Dibaca ada tidaknya gelembung gas, kalau sampai 20 menit tidak ada gelembung gas berarti negative.
  • Gunakan control (+) dan control (-)

     Hydrolisa Reduction
Reagensia:
  • Sodium nitrade phosphate buffer pH 7,0
-    0,085 gram NaNO3
-    0,117 gram KH2PO4
-    0,485 gram Na2HPO4-12H2O
-    100 cc aquadest
  • Larutan asam klorida
-    1 bagian HCl pekat dan 2 bagian aquadest
  • 0,2 % larutan sulfanilamide dalam aquadest
  • 0,1 % larutan N-naphthyl-ethylene-diamine di hydricloride dalam aquadest
     Cara pemeriksaan
•    Masukkan 2 ml sodium nitrate buffer dalam tabung reaksi
•    Tambahkan 1 ose penuh koloni bakteri yang akan diperiksa, umur 4 minggu buat suspensi
•    Kocok dan inkubasikan dalam waterbath 370 C selama 2 jam
•    Tambahkan 1 tetes larutan asam klorida
•    Tambahkan 2 tetets larutan sulfanilamide dan 2 tetes larutan N-naphthyl-ethylene-diamine
•    Baca terbentuknya warna kemerah-merahan sampai merah (+)


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.    LEPRA
     Secara umum penularan terjadi melalui kontak langsung kulit dan otot. Jadi kita tidak perlu takut bila kita berdekatan dengan penderita lepra karena penyakitnya tidak akan menular. Orang yang hidup sehari-hari denagan penderita lepra tidak akan tertular, karena jika ketahuan tubuhnya baik maka kuman lepra tidak dapat menyerang, dan perlu diketahui sekitar 95% orang terinfeksi kuman lepra tidak mengalami sakit lepra.
    Kusta atau Lepra atau disebut juga Penyakit Morbus Hansen, Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah

2.    TBC
Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup diudara kering maupun dalam keadaan dingin atau dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini dapat terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Pada sifat dormant ini apabila suatu saat terdapat keadaan dimana memungkinkan untuk berkembang, kuman tuberculosis ini dapat bangkit kembali.
Bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tuberkolosis atau disingkat TBC. Sumber penularan adalah penderita Tuberculosis (TB) yang dahaknya mengandung kuman TB hidup (BTA (+)). Infeksi kuman ini paling sering disebarkan melalui udara (air borne, droplets infection).
Comments


EmoticonEmoticon