Secara naluriah dapat dikatakan bahwa keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia yaitu Adam dan Hawa. Keberadaanya tidak pernah di pungkiri. Oleh karena itu perkembangan keperawatan, termasu keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat di pisahkan dan sangat di pengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuaan peradaban manusia.
2.2.1 Perkembangan Keperawatan Masa Sebelum Masehi
Pada zaman purbakala (primitif) manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi mempunyai sesuatu kekuatan spritual/ mistik yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini di sebut Anismisme. Mereka menyakini sakitnya seseorang di sebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib seperti batu-batu yang sangat besar, gunung-gunung tinggi, pohon-pohon besar, sungai-sungai yang besar. Peran perawat tidak berkembang. Mereka lebih mempercayai dukun untuk mengobati dan merawat penyakit yang di alaminya karena dukun di anggap lebih mampu untuk mencari, mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ketubuh orang sakit. Fenomena ini sering terlihat di negeri bangsa Cina dan Mesir.
Pada masa ini bangsa Mesir menyembah Dewa isis, dewa yang di yakini mampu menyembuhkan penyakit. Sementara itu bangsa Cina menganggap penyakit disebabkan oleh setan atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain menyentuh orang sakit tersebut. Akibatnya perawat tidak di perkenankan untuk merawat orang sakit.
2.2.2 Perkembangan Keperawatan Masa Setelah Masehi
Kemajuan pradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama. Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia, sehingga berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. Yang di bagi menjadi :
2.1.1.1 Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran kristen.
Pada permulaan Masehi, Agama Kristen mulai berkembang. Pada masa itu, keperawatan mengalami kemajuan yang berarti, seiring dengan kepesatan perkembangan Agama Kristen. Ini dapat di lihat pada masa pemerintahan Lord Constantine, yang mendirikan Xenodhoeum atau hospes (latin), yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan.
2.1.1.2 Perkembangan keperawatan pada masa penyebaran Islam.
Pada pertengahan Abad VI Masehi, Agama Islam mulai berkembang. Pengaruh Agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan Agama Islam. Memasuki Abad VII Masehi Agama Islam tersebar ke berbagai pelosok Negara. Pada masa itu di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti: ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti pentingnya menjaga kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang secara pesat. Tokoh keperawatan yang terkenal dari dunia Arab pada masa tersebut adalah “Rafida”.
2.1.1.3. Perkembangan Keperawatan Masa Kekuasaan
Pada permulaan Abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kepada kekuasaan, yaitu: perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Pada masa itu telah terjadi kemunduran terhadap perkembangan keperawatan, dimana gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, sehingga tenaga perawat sangat jauh berkurang. Untuk memenuhi kekurangan tenaga tersebut maka digunakanlah bekas wanita jalanan (WTS) yang telah bertobat sebagai, sehingga derajat seorang perawat turun sangat drastis dipandangan masyarakat saat itu.
2.1.1.4. Perkembangan keperawatan di Inggris
Perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting untuk kita pahami, karena Inggris melalui Florence Nightingle telah membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan keperawatan yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain.
Florence Nightingle, lahir dari keluarga kaya dan terhormat pada tahun 1820 di Flronce (Italia). Setahun setelah kelahirannya, keluarga Florence kembali ke Inggris. Di Inggris Florence mendapatkan pendidikan sekolah yang baik sehingga ia mampu menguasai bahasa Perancis, Jerman, dan Italia. Pada usia 31 tahun Florence mengikuti kursus pendidikan perawat di Keiserwerth (Italia) dan Liefdezuster di Paris, dan setelah pendidikan ia kembali ke Inggris. Kontribusi Florence Nightingle bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal klien dan peran perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan suatu standar okupasi bagi klien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan 2 (dua) komponen keperawatan, yaitu: kesehatan dan penyakit. Meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dan berbeda dengan profesi kedokteran dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat.
2.2.2 Perkembangan Keperawatan Di Inggris
Seusai perang krim, Florence Nightingale kembali ke inggris. Sejarah perkembangan keperawatan di inggris sangat penting di pahami karena inggris membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan perawatan dimana kepeloporan Florence Nightingale diikuti oleh negeri-negeri lain. Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan besar dalam perawatan dimana sekolah-sekolah perawatan mulai bermunculan, misalnya pendidikan perawat di London Hospital meskipun kurikulumnya belum teratur. Pada tahun 1820 perkembangan keperawatan mengalami kemajuan paling pesat berkat Florence mendirikan sekolah perawat modern. Konsep pendidikan inilah yang mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia dewasa ini.
Konstriusi Florence Nightingale bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan suatu bagian penting dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit, mengidentifikasikan kebutuhan personal pasien dan perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manejemen rumah sakit, mengembangkan suatu standar okupasi bagi pasien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan dua komponen keperawatan yaitu kesehatan dan penyakit, meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dengan profesi kedokteran, dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat ( Dolan, 1978, dikutip dari Taylor,C. 1989).
Florence Nightingale merintis karirnya pada tanggal 21 oktober 1854 dalam perang Krim antara Roma dan Turki, yaitu dengan membantu para korban akibat perang tersebut. Kegiatan ini dilakukan dibarak di Rumah Sakit(Scutori) yang berkapasitas 1700 tempat tidur dengan sarana yang masih terbatas. Pada tahun 1860 pemerintah setempat memberikan dana kepada Florence untuk mendirikan sekolah perawat yang diberi nama Nightingale Nursing School dan Rumah Sakit Thomas di London dijadikan sebagai lahan praktik.
Model sekolah perawat di Nightingale sebagai berikut :
2.2.2.1 Pembuatan kebijakan dibidang keperawatan, bebas dilakukan oleh seorang kepala perawat meskipun ia berada dibawah kepala Rumah Sakit.
2.2.2.2 Sarana berupa asrama bagi peserta didik dikepalai oleh seorang perawat.
2.2.2.3 Mengutamakan proses belajar pengajar di dalam kelas.
2.2.2.4 Tanggung jawab bimbingan terhadap peserta didik di lahan praktik diberikan kepada kepala bangsal.
2.2.3 Sejarah Perkembangan Keperawatan Di Indonesia
Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh kolonial penjajah diantaranya Jepang, Belanda dan Inggris. Dalam perkembangannya di Indonesia dibagi menjadi dua masa diantaranya :
2.2.3.1 Masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat berasal dari Indonesia yang disebut sebagai Verpleger dengan dibantu oleh Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja dirumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799. Yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara belanda, sehingga akhirnya pada masa belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan belanda, maka tidak diikuti dalam perkembangan keperawatan. Kemudian pada masa penjajahan inggris yaitu Rafless, mereka memeperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan diantaranya usaha pengandaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan. beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah sakit stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut pindah ke salemba dan sekarang dikenal dengan nama RSCM (rumah sakit Cipto mangunkusumo), kemudian diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara jepang perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.
2.2.3.2 Masa setelah kemerdekaan, pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di universitas indonesia dengan nama program studi ilmu keperawatan dan akhirnya dengan perkembangannya ilmu keperawatan, maka manjadi sebuah fakultas ilmu keperawatan dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 diberbagai universitas di indonesia seperti di bandung, yogyakarta, surabaya dan lain-lain.
2.2.3.3 Keperawatan di Masa Kuno
Masyarakat Indonesia di masa kuno beranggapan bahwa penyakit itu disebabkan oleh perbuatan makhluk halus yang jahat. Kepercayaan ini begitu mengakar pada masyarakat, sehingga ketika ada yang sakit maka mereka akan pergi ke dukun untuk mendapatkan pengobatan. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan mantra-mantra dan bahan-bahan tertentu yang tidak terbukti khasiatnya. Dari segi keperawatan, orang yang sakit hanya dirawat oleh kaum wanita yang berlandaskan kepada naluri keibuan (mother instinc). Tidak ada catatan yang menyebutkan kaum pria ikut serta melakukan perawatan dengan alasan kaum pria tidak mempunyai kasih sayang yang cukup untuk merawat orang sakit. Pada masa kuno ini, tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan perkembangan yang berarti dalam bidang keperawatan.
2.2.3.4 Keperawatan di Masa Penjajahan
Di masa penjajahan, perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemajuan. Perkembangan keperawatan banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep keperawatan dari Negeri Belanda. Hal ini tidak terlepas dari peranan pemerintah Belanda yang mendirikan dinas kesehatan khusus tentara (saat itu disebut MGD) dan dinas kesehatan rakyat (saat itu disebut BGD). Melalui kedua dinas tersebut pemerintah Belanda merekrut perawat dari penduduk pribumi. Untuk meningkatkan kemampuan para perawat ini agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang profesional, maka para perawat ini melalui organisasinya diberikan semacam pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah Belanda. Ilmu keperawatan pada masa Belanda disebut Verpleegkunde. Sejak saat itu banyak sekali istilah-istilah keperawatan Indonesia yang mengadopsi bahasa Belanda. Sampai sekarang masih sering kita dengar istilah Belanda tersebut, misalnya nierbeken (bengkok), laken (sprei), bovenlaken (kain penutup), warm-water zak (buli-buli hangat), Iiskap (buli-buli dingin), scheren (gunting/cukur), dan lain-lain. Ketika kekuasaan beralih ke masa Pemerintahan Jepang, keperawatan Indonesia mengalami masa kegelapan. Wabah penyakit menyebar di mana-mana, jumlah orang sakit meningkat, sementara bahan-bahan yang dibutuhkan seperti balutan dan obat-obatan dalam kondisi kekurangan. Pendidikan keperawatan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda terhenti. Banyak perawat yang berhenti bekerja sebagai perawat dikarenakan ketakutan dan kecemasan. Selanjutnya tidak ada catatan perkembangan sampai akhirnya Indonesia mendapatkan kemerdekaan.
2.2.3.4 Keperawatan Indonesia Setelah Kemerdekaan
Sejarah perkembangan keperawatan Indonesia setelah kemerdekaan adalah sebagai berikut:
1) Sebelum tahun 1950: Indonesia belum mempunyai konsep dasar tentang keperawatan.
2) Tahun 1950: Indonesia mendirikan pendidikan perawat yaitu Sekolah Penata Rawat (SPR).
3) Tahun 1945 – 1955: Berdirinya beberapa organisasi profesi, diantaranya yaitu Persatuan Djuru Rawat dan Bidan Indonesia (PDBI), Serikat Buruh Kesehatan, Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan.
4) Tahun 1962: Berdirinya Akademi Keperawatan (Akper).
5) Tahun 1955 - 1974: Organisasi profesi keperawatan mengalami perubahan yaitu Ikatan Perawat Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Ikatan Guru Perawat Indonesia, Korps Perawat Indonesia, Majelis Permusyawaratan Perawat Indonesia Sementara (MAPPIS), dan Federasi Tenaga Keperawatan.
6) Tahun 1974: Rapat Kerja Nasional tentang Pendidikan Tenaga Perawat Tingkat Dasar yaitu berdirinya Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang mengganti Sekolah Penata Rawat (SPR).
7) Tahun 1974: Berdirinya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
8) Tahun 1876: Pendidikan Keperawatan di Indonesia yang semula menyatu dengan pelayanan di rumah sakit, telah mulai memisahkan diri (terpisah) dari rumah sakit.
9) Pada Januari 1983: Dilaksanakannya Lokakarya Nasional Keperawatan I yang menghasilkan: a) Peranan Independen dan Interdependen yang lebih terintegrasi dalam pelayanan kesehatan; b) Program gelar dalam pendidikan keperawatan; c) Pengakuan terhadap keperawatan sebagai suatu profesi yang mempunyai identitas profesional berotonomi, berkeahlian, mempunyai hak untuk mengawasi praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.
10) Tahun 1985: Berdiri Pendidikan Keperawatan Setingkat Sarjana (S1 Keperawatan) yang pertama yaitu Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang menjadi momentum terbaik kebangkitan Profesi Keperawatan di Indonesia.
11) Tahun 1999: Berdiri Pendidikan Keperawatan Pasca Sarjana (S2 Keperawatan).
12) Tahun 2000: Keluarnya Lisensi Praktek Keperawatan berupa Peraturan Menteri Kesehatan.
2.2.3.5 Perubahan profesionalisasi dalam keperawatan
Profesionalisasi merupakan suatu proses menuju kearah profesional. Dalam keperawatan proses tersebut diawali dari persepsi pekerjaan yang sifatnya vokasional menuju kepekerjaan yang profesional, demikian juga pendidikan yang dulunya bersifat vokasional kemudian bergeser kearah pendidikan profesional melalui pendidikan tinggi keperawatan. Setelah lokakarya pada tahun 1983 proses menjadikan diri profesional sudah mulai dirasakan dengan adanya proses pengakuan dari profesi lainnya. Dalam menuju pengakuan tersebut diperlukan langkah penting dalam penataan perawat menuju suatu profesi diantaranya:
1) Penataan Pendidikan Keperawatan
2) Penataan Praktek keperawatan
3) Penataan pendidikan berlanjut
4) Penataan Organisasi Profesi keperawatan
5) Penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan
2.2.4 Perkembangan Organisasi Profesi Keperawatan
Organisasi profesi adalah organisasi yang terdiri dari para praktisi yang menetapkan diri sebagai ahli yang mampu dan bergabung bersama melaksanakan fungsi sosial yang tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, serta merupakan asosiasi yang bersifat sukarela. Organisasi profesi bertujuan untuk mencapai persatuan dan kesatuan yang kokoh diantara anggotanya, meningkatkan mutu dan kesejahteraan anggotanya disertai peningkatan mutu pelayanan, serta terjalinnya hubungan kerjasama yang baik dengan organisasi profesi lain.
2.2.4.1 Organisasi Keperawatan Internasional
1) International Council of Nurses (ICN)
Merupakan organisasi profesional wanita pertama didunia yang didirikan tanggal 1 Juli 1899 yang dimotori oleh Mrs. Bedford Fenwick. ICN merupakan federasi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia. Tujuan pendirian ICN adalah memperkokoh silaturahmi para perawat diseluruh dunia, memberi kesempatan bertemu bagi perawat diseluruh dunia untuk membicarakan berbagai maslah tentang keperawatan, menjunjung tinggi peraturan dalam ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan dan kode eik profesi keperawatan.
2) American Nurses Association (ANA)
ANA adalah organisasi profesi perawat di Amerika Serikat. Didirikan pada akhir tahun 1800 yang anggotanya terdiri dari organisasi perawat dari negara-negara bagian. ANA berperan dlm menetapkan standar praktek keperawatan, melakukan penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan serta menampilkan profil keperawatan profesional dengan pemberlakukan legislasi keperawatan.
3) Canadian Nurses Association (CNA)
CNA adalah asosiasi perawat nasional di Kanada. Mempunyai tujuan yang sama dengan ANA yaitu membuat standar praktek keperawatan, mengusahakan peningkatan standar praktek keperawatan, mendukung peningkatan profesionalisasi keperawatan dan meningkatkan kesejahteraan perawat. CNA juga berperan aktif meningkatkan mutu pendidikan keperawatan, pemberian izin bagi praktek keperawatan mandiri.
4) National League for Nursing (NLN)
NLN adalah suatu organisasi terbuka untuk semua orang yang berkaitan dengan keperawatan meliputi perawat, non perawat seperti asisten perawat (pekarya) dan agencies. Didirikan pada tahun 1952. Bertujuan untuk membantu pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan pendidikan keperawatan.
5) British Nurses Association (BNA)
BNA adalah asosiasi perawat nasional di Inggris. Didirikan pada tahun 1887 oleh Mrs. Fernwick. Bertujuan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan seluruh perawat di inggris dan berusaha memperoleh pengakuan terhadap profesi keperawatan.
2.2.4.2 Organisasi Keperawatan Indonesia
1) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
PPNI adalah perhimpunan seluruh perawat di Indonesia, didirikan pada tanggal 17 Maret 1974. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Verpleger Boemimatera (PKVB) tahun 1921. Lahirnya Sumpah Pemuda 1928, mendorong perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Verpleger Indonesia (PKVI).
Sebagai organisasi profesi PPNI mempunyai peranan penting dalam melakukan pembinaan anggotanya, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan serta mengelola pelayanan keperawatan. Pembinaan perawat sebagai anggota PPNI dapat dilakuan melalui penentuan kualifikasi anggota, penetapan legislasi, penetapan kode etik, pengembangan karir, dan peningkatan kesejahteraan perawat. Peran PPNI dalam mengembangkan ilmu dan teknologi keperawatan dilakukan denga merencanakan menciptakan iklim yang mendukung bagi kepenelitian keperawatan, mengidentifikasi masalah yang perlu diteliti di bidang pendidikan, pelayanan dan managemen keperawatan. Selain itu juga dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan institusi pelaanan dan pendidikan keperawatan untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan keperawatan termasuk mempersiapkan sumber daya penelitian di bidang keperawatan. Sedangkan peran PPNI dalam mengelola pelayanan keperawatan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan dapat dilakukan dengan cara merumuskan standar, registrasi dan lisensi keperawatan.
2.2.5 Keperawatan Sebagai Profesi
2.2.5.1 Pengertian profesi
Menurut Hamid A.Y profesi adalah pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu.
Menurut Wilensky profesi yang berasal dari profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan dukungan badan ilmu sebagai dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada pelayanan (alturisme).
2.2.5.2 Ciri-ciri profesi
Menurut Shortridge adalah sebagai berikut :
1) Berorientasi pada pelayanan masyarakat
2) Pelayanan keperawatan yang diberikan di dasarkan pada ilmu pengetahuan
3) Adanya otonomi
4) Memiliki kode etik
Menurut prof. Ma’rifin Husin adalah sebagai berikut :
1) Memberi pelayanan atau asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu dan keterampilan serta kode etik keperawatan.
2) Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi sehingga diharapkan mampu untuk bersikap profesional, mempunyai pengetahuan dan keterampilan profesional, memberi pelayanan asuhan keperawatan profesional, dan menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan.
3) Mengelola ruang lingkup keperawatan berikut sesuai dengan kaidah suatu profesi dalam bidang keseaahatan, yaitu :
a. Sistem pelayanan atau asuhan keperawatan
b. Pendidikan atau pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berlanjut
c. Perumusan standar keperawatan ( asuhan keperawatan, pendidikan keperawatn registrasi/legislasi )
d. Melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana secara terencana dan terarah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Secara singkat keperawatan sebagai suatu profesi setidaknya harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Mempunyai ilmu pengetahuan dan dikembangkan secara terus menerus melalui penelitian
2) Memiliki standar pendidikan
3) Pelayanan dan praktek keperawatan
4) Memiliki otonomi dan organisasi profesi
5) Mempunyai kode etik profesi
2.2.6 Profil Keperawatan Profesional
2.2.6.1 Pengertian
Adalah gambaran dan penampilan menyeluruh perawat dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai kode etik keperawatan.
1) Peran sebagai pelaksana (care giver)
Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector dan advocat, communicator serta rehabilitator.
a. Comforter : perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada klien
b. Protector dan advocat : kemampuan perawat melindungi dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan
c. Communicator : perawat bertindak sebagai mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya, berkitan pula dengan keneradaan perawat mendampingi klien sebagai pemberi ashuan keperawatan selama 24 jam
d. Rehabilitator : berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan keperawatan yakni mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.
2) Peran sebagai pendidik (health educater)
Perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, serta tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran ini dapat berupa penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, kluarga, kelompok atau masyarakat) maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperwatan, antara sesama perawat atau tenag kesehatan lain.
3) Peran sebagai pengelola
berperan dalam memantau dan menjamin kualitas asuhan/pelayan keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan.
4) Peran sebagai peneliti
Berperan dalam mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsif dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.